logo-raywhite-offcanvas

03 Nov 2025 NEWS 7 min read

Penjualan Apartemen di Jakarta Menurun pada 2025? Berikut Penjelasannya

Pasar properti Jakarta selalu menjadi barometer industri real estate nasional. Selama bertahun-tahun, apartemen dianggap sebagai aset primadona baik untuk dihuni maupun dijadikan investasi. Namun memasuki ...

Pasar properti Jakarta selalu menjadi barometer industri real estate nasional. Selama bertahun-tahun, apartemen dianggap sebagai aset primadona baik untuk dihuni maupun dijadikan investasi. Namun memasuki tahun 2025, tren tersebut mulai menunjukkan gejala perlambatan yang cukup signifikan. 

Beberapa laporan dari lembaga riset properti menyebutkan bahwa tingkat penyerapan unit apartemen baru di Jakarta mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Konsumen kini tampak lebih selektif, sementara investor cenderung menahan diri. 

Fenomena ini tentu memunculkan pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa penjualan apartemen di Jakarta ikut melemah justru ketika ekonomi mulai pulih pasca pandemi? Lalu ke mana arah pasar properti ibu kota ke depannya? Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab, dampak dan bagaimana kelanjutan dari pasar properti Indonesia.

Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Perkotaan

Selama satu dekade terakhir, narasi bahwa tinggal di apartemen adalah simbol modernitas begitu kuat. Kalangan profesional muda dan pasangan baru dianggap cocok dengan hunian vertikal yang praktis dan serba efisien. Namun memasuki tahun 2025, preferensi tersebut mulai mengalami perubahan. Banyak masyarakat yang kini memilih hunian tapak seperti rumah subsidi, rumah cluster pinggiran, hingga rumah second di area penyangga Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok. 

Faktor utama yang mendorong perubahan ini adalah fleksibilitas kerja jarak jauh serta meningkatnya kesadaran akan kualitas hidup. Warga Jakarta kini tidak lagi terlalu terikat dengan lokasi kantor, sehingga tinggal sedikit lebih jauh bukan lagi masalah besar. Selain itu, kepemilikan lahan menjadi pertimbangan penting. Banyak orang merasa bahwa tinggal di rumah tapak memberikan rasa stabilitas yang lebih kuat dibandingkan apartemen yang hak miliknya berbentuk strata title. Perubahan mindset ini secara langsung mempengaruhi penjualan apartemen di ibu kota karena segmen konsumen utamanya mulai bergeser.

Harga Tinggi dan Biaya Perawatan Jadi Faktor Penghambat

Salah satu alasan mengapa penjualan apartemen di Jakarta cenderung menurun pada 2025 adalah karena konsumen mulai sadar bahwa membeli apartemen tidak hanya soal membayar cicilan KPR. Ada biaya pemeliharaan seperti service charge dan sinking fund yang harus dibayar setiap bulan. Untuk apartemen kelas menengah saja, biaya ini bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. 

Pada awalnya, konsumen mungkin tidak terlalu memperhatikan biaya tambahan tersebut, namun seiring waktu perhitungan finansial menjadi lebih realistis. Jika cicilan KPR ditambah biaya service charge totalnya mendekati atau bahkan lebih tinggi dibandingkan menyewa rumah tapak, banyak orang akhirnya memilih opsi lain. 

Selain itu, harga apartemen di Jakarta yang berada di lokasi strategis kini semakin melambung dan tidak lagi relevan dengan kemampuan beli masyarakat berpenghasilan menengah. Di sisi lain, apartemen dengan harga lebih terjangkau biasanya berada di lokasi yang kurang strategis atau kualitas bangunannya lebih rendah. Kombinasi faktor harga dan biaya perawatan ini menjadi penghalang besar bagi konsumen.

Pasar Sewa Tidak Lagi Seperti Dulu dan Investor Mulai Mundur

Selain konsumen end user, penurunan minat juga terjadi dari kalangan investor. Dulu, membeli apartemen dianggap sebagai instrumen investasi yang menjanjikan karena permintaan sewa tinggi dan return yang stabil. Namun sekarang kondisinya berbeda. Pasar sewa apartemen di Jakarta mulai mengalami kejenuhan. Banyak unit kosong karena persaingan yang semakin ketat di antara para pemilik. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya menurunkan harga sewa demi menarik penyewa. 

Beberapa investor yang berharap memperoleh passive income mulai merasa kecewa karena perhitungan mereka tidak sesuai harapan. Pengembalian modal atau ROI yang dulu bisa dicapai dalam waktu 8–10 tahun kini bisa molor menjadi 15–20 tahun. Situasi ini menyebabkan banyak investor memilih untuk memindahkan dana mereka ke instrumen lain seperti obligasi, SBN, atau properti komersial kecil seperti ruko dan kios. Akibatnya, penjualan apartemen di Jakarta yang selama ini banyak disokong oleh pembeli investor pun ikut melemah.

Regulasi dan Iklim Ekonomi yang Ikut Mempengaruhi Pergerakan Pasar

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebijakan pemerintah juga memiliki peran dalam mendorong atau menghambat penjualan apartemen. Pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah sempat memberikan insentif berupa pembebasan PPN untuk pembelian properti tertentu. Kebijakan tersebut sempat mendongkrak penjualan secara signifikan. Namun memasuki tahun 2025, banyak insentif yang berakhir sehingga konsumen kembali menghadapi beban pajak yang cukup besar. 

Selain itu, tingkat suku bunga yang fluktuatif juga membuat sebagian konsumen ragu untuk mengambil KPR. Meskipun secara umum suku bunga cenderung menurun dibandingkan puncaknya saat pandemi, ketidakpastian ekonomi global masih membuat bank lebih selektif dalam memberikan persetujuan kredit. Di tengah ketidakpastian tersebut, banyak calon pembeli memilih menunggu momen yang lebih aman. Sikap wait and see ini membuat pergerakan pasar apartemen menjadi lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menumpuknya Stok Unit yang Tak Terjual

Satu hal yang cukup jelas terlihat dari pasar apartemen Jakarta pada 2025 adalah over supply atau kelebihan pasokan. Banyak proyek yang diluncurkan beberapa tahun sebelumnya kini mulai memasuki tahap serah terima, namun tingkat huniannya belum sesuai harapan. Bahkan sejumlah apartemen yang telah berdiri lebih dari lima tahun masih memiliki puluhan hingga ratusan unit kosong. 

Kondisi ini membuat konsumen memiliki banyak pilihan, tetapi secara bersamaan juga menimbulkan kekhawatiran. Beberapa orang takut bahwa apartemen yang mereka beli nantinya justru akan memiliki tingkat hunian rendah dan fasilitas yang tidak terawat karena biaya operasional tidak tertutupi. Developers pun mulai kesulitan untuk menciptakan sense of urgency atau rasa keterbatasan yang biasanya mendorong pembelian cepat. Dalam kondisi seperti ini, penjualan apartemen baru menjadi semakin berat, kecuali jika mereka menawarkan nilai tambah yang benar-benar berbeda.

Perkembangan Infrastruktur Mendorong Penyebaran Hunian ke Kawasan Penyangga

Jakarta selama ini selalu menjadi pusat gravitasi utama, baik dari segi pekerjaan maupun tempat tinggal. Namun dengan berkembangnya infrastruktur seperti jalan tol baru, LRT Jabodebek, MRT, serta kereta cepat Whoosh, mobilitas masyarakat menjadi lebih fleksibel. Kini tinggal di Bekasi atau Karawang tidak lagi dianggap menyulitkan karena waktu tempuh ke Jakarta bisa di akses dengan cepat. Oleh karena hal tersebut, permintaan hunian beralih ke kawasan-kawasan pinggiran yang menawarkan harga lebih terjangkau dan ruang hidup lebih luas. 

Banyak developer justru lebih agresif meluncurkan perumahan tapak di wilayah seperti Cikarang, Cibubur, hingga Parung. Fenomena urban sprawl atau penyebaran kota ini membuat Jakarta tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan. Masyarakat yang dulunya merasa harus tinggal di pusat kota kini sadar bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas hidup lebih baik dengan harga lebih rendah hanya dengan berpindah 20–30 kilometer dari Jakarta. Dampaknya, penjualan apartemen di pusat kota pun terkena imbasnya.

Strategi Developer Seperti Diskon, Skema Cicilan Ringan, hingga Hybrid Product

Melihat penjualan yang menurun, para pengembang apartemen di Jakarta tidak tinggal diam. Banyak diantaranya mulai menawarkan berbagai strategi pemasaran agresif untuk menarik perhatian pembeli. Diskon besar-besaran, cashback, bahkan hadiah berupa kendaraan mulai kembali marak. Selain itu, skema cicilan tanpa DP atau cicilan langsung ke developer hingga 10 tahun menjadi jurus yang sering digunakan. Namun strategi ini hanya efektif dalam jangka pendek. 

Untuk bisa bertahan dalam jangka panjang, developer perlu menawarkan konsep yang benar-benar baru. Beberapa mulai mencoba hybrid product yaitu menggabungkan konsep apartemen dengan co-living, serviced residence, hingga apartemen dengan area komersial terpadu. Ada juga yang membangun apartemen yang fleksibel sehingga bisa difungsikan sebagai unit hunian sekaligus ruang kerja. Konsep seperti ini dianggap lebih relevan dengan gaya hidup pasca pandemi yang lebih dinamis.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Pertanyaan besar yang kini muncul adalah apakah penurunan penjualan apartemen di Jakarta akan terus berlanjut atau hanya bersifat sementara. Banyak analis percaya bahwa pasar ini belum benar-benar mati. Apartemen tetap memiliki tempat tersendiri, terutama bagi segmen tertentu seperti ekspatriat, pelajar luar kota, dan pekerja muda yang membutuhkan hunian praktis di pusat kota. Namun pola konsumsinya berubah. 

Konsumen tidak lagi membeli apartemen hanya karena tren atau gengsi, melainkan benar-benar mempertimbangkan kegunaan jangka panjang. Developer yang mampu membaca perubahan ini dan beradaptasi dengan cepat justru akan keluar sebagai pemenang. Sebaliknya, mereka yang bertahan dengan pola lama akan kesulitan menarik minat pembeli.

Penurunan penjualan apartemen di Jakarta pada tahun 2025 bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sinyal bahwa industri properti sedang memasuki fase baru. Konsumen kini lebih kritis, investor lebih berhitung, dan persaingan antar pengembang semakin ketat. Apartemen tidak lagi otomatis menjadi simbol prestise, tetapi harus mampu menawarkan nilai fungsional yang nyata. 

Bagi mereka yang ingin membeli apartemen, inilah sebenarnya waktu yang tepat untuk berburu karena banyak developer sedang memberikan penawaran terbaik. Namun tetap penting untuk berhati-hati, memahami biaya jangka panjang, dan memilih lokasi dengan tingkat hunian tinggi. Sementara itu, bagi developer, tahun 2025 adalah momentum untuk berbenah. Hanya mereka yang kreatif, inovatif, dan memahami kebutuhan generasi baru yang akan tetap bertahan dalam kompetisi. Pasar memang sedang melemah, tetapi bukan berarti tidak ada peluang. Justru di tengah penurunan inilah para pemain cerdas bisa membalikkan keadaan.

Jika Anda sedang mencari hunian yang aman, nyaman, dan pasti sudah terpercaya, Anda bisa mempercayakannya ke Ray White Cikarang. Untuk informasi lebih lengkap, Anda bisa langsung mengunjungi website Ray White Cikarang di https://cikarang.raywhite.co.id/. Find a home that suits your lifestyle with Ray White!